jam

Senin, 22 Desember 2014

MANAJEMEN LABA



      Pengertian Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan dengan pemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP. Pihak-pihak yang kontra terhadap manajemen laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam keandalan informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan resiko portofolionya (Ashari dkk, 1994 dalam Assih, 2004).
2.       Faktor-faktor pendorong manajemen laba
Dalam Positif Accounting Theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:
a.        Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan laba lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
b.         Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994 dalam Rahmawati dkk, (2006). Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
c.       Political Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.

Motivasi Manajemen Laba
            Scott (2000: 302) dalam Rahmawati dkk. (2006) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba, yaitu:
    Bonus Purposes
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini (Healy, 1985 dalam Rahmawati dkk, (2006).
b.      Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat.
c.       Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan untuk penghematan pajak pendapatan.
d.      Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak diberhentikan.
e.        Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.
4.      Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
 Sedangkan Healy dan Wahlen (1999) dalam Firdaus (2007)  membagi motivasi manajemen laba ke dalam tiga kelompok yaitu :
a.       Motivasi Pasar Modal (capital market motivation)
Motivasi manajemen laba karena alasan pasar modal lebih banyak disebabkan oleh adanya anggapan umum bahwa angka-angka akuntansi, khususnya laba merupakan salah satu sumber informasi penting yang digunakan oleh investor dalam menilai harga saham. Sehingga tidak mengherankan kalau ada sebagian manajer yang berusaha membuat laporan keuangannya tampak baik dengan maksud untuk mempengaruhi kinerja saham dalam jangka pendek. Manajemen cenderung melaporkan laba bersih lebih rendah (understate) ketika melakukan  buy out dan melaporkan laba lebih tinggi (overstate) ketika melakukan penawaran saham ke publik.
b.      Motivasi Kontrak (contracting motivation)
Motivasi kontrak atas terjadinya manajemen laba dikaitkan dengan penggunaan data akuntansi dalam memonitor dan meregulasi kontrak atas perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Secara eksplisit maupun implisit, kontrak-kontrak yang berjenis kompensasi manajemen banyak dikaitkan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ada alasan khusus yang menyebabkan mengapa manajemen laba terjadi dalam konteks kontrak yaitu baik kreditor maupun komite kompensasi yaitu komite yang menyiapkan berkas kontrak antara manajer perusahaan, merasa bahwa upaya mengungkapkan ada tidaknya manajemen laba adalah upaya yang mahal dan membutuhkan waktu. Kondisi ini seakan menjadi pendorong bagi manajer untuk melakukan manajemen laba.
c.       Motivasi Peraturan (regulation motivation)
            Bagi para penetap standar (standar settere), perhatian terhadap manajemen laba menjadi penting karena manajemen laba apapun alasannya dapat mengarah kepada penyajian pelaporan keuangan yang tidak benar (misleadin) dan akhirnya dapat mempengaruhi alokasi sumber daya yang ada. Manajer dapat memanipulasi laba dengan berbagai cara, baik yang secara langsung berpengaruh terhadap keputusan operasi , pembiayaan, investasi maupun dalam bentuk pemilihan prosedur akuntansi yang diperbolehkan dalam prinsip akuntansi berterima umum. Secara umum manajer melakukan manajemen laba dengan menggunakan dua cara yaitu :
1.         Variabel Artifisial
Merupakan teknik manajemen laba yang dilakukan melalui pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dengan menggunakan metode artifisial  misalnya dengan pemilihan teknik akuntansi yang bisa menaikkan atau menurunkan laba tahun berjalan. Contoh : pemilihan metode depresiasi, tahun amortisasi, metode pencatatan persediaan, pengakuan gain dan loss dan sebagainya.
2.         Variabel Riil
                   Manajemen laba dengan variabel riil atau transaksional dilakukan dengan cara melakukan manipulasi penjualan dan biaya-biaya, misalnya dengan mempercepat atau menunda penjualan akhir tahun dan atau mempercepat pencatatan biaya.
            Menurut Ayres (1994) dalam Firdaus (2007), ada tiga faktor yang bisa dikaitkan dengan munculnya praktik-praktik manajemen laba yaitu :
1.      Manajemen Akrual
            Manajemen akrual yang biasanya dikaitkan dengan segala aktivitas yang dapat mempengaruhi aliran kas dan juga keuntungan yang secara pribadi merupakan wewenang dari para manajer. Contoh manajemen akrual antara lain adalah dengan mempercepat pengakuan atau menunda pengakuan pendapatan (revenue).
2.      Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang wajib (adoption of management accounting changes)
            Terkait dengan keputusan manajer untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh perusahaan, manajemen perusahaan mempunyai dua pilihan, yaitu apakah perusahaan akan menetapkannya lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau menundanya sampai saat berlakunya kebijakan akuntansi baru yang wajib (mandatory accounting policy) badan akuntansi yang ada memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk dapat menerapkannya lebih awal dari waktu berlakunya. Para manajer tentu saja akan memilih untuk menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang baru bila dengan penerapan tersebut akan dapat mempengaruhi baik aliran kas maupun keuntungan perusahaan.
3.      Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes)
            Perubahan metode akuntansi secara sukarela, biasanya berkaitan dengan upaya manajer untuk mengganti atau mengubah suatu metode akuntansi tertentu di antara sekian banyak metode yang dapat dipilih yang tersedia dan diakui oleh badan akuntansi yang ada. Walaupun manajer tidak dapat melakukan perubahan metode akuntansi secara sering, namun mereka dapat melakukan dalam bentuk perubahan akuntansi lain yang berbeda baik secara individu maupun bersama-sama untuk beberapa periode. Nampak jelas bahwa banyak cara yang bisa dilakukan untuk oleh manajer atau pembuat laporan keuangan untuk mempengaruhi prestasi keuangan atau keuntungan.

5.          Teknik Manajemen Laba
Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000)dalam Rahmawati dkk. (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu :
a.        Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgement (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain. 
b.           Mengubah metode akuntansi
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, Contoh: merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.
c.       Menggeser periode biaya atau pendapatan
Contohnya yaitu rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak dipakai.

6.       Kondisi Untuk Praktik Manajemen Laba
Trueman dan Titman  (1988) dalam Rahmawati dkk. (2006) berpendapat bahwa hanya manajer yang dapat mengobservasi laba ekonomi perusahaan untuk setiap perioda. Sebaliknya, pihak lain mungkin dapat menarik kesimpulan sesuatu mengenai laba ekonomi dari laba yang dilaporkan oleh perusahaan, sebagaimana yang diungkapkan oleh manajer. Dalam menyiapkan laporan mungkin manajer dapat memindah, antarperioda, pada saat sebagian laba ekonomi diketahui sebagai laba akuntansi dalam laporan keuangan.
Perpindahan tersebut dapat dicapai, sebagai contoh, melalui pengakuan biaya pensiun, penyesuaian penaksiran umur ekonomis, dan penyesuaian penghapusan piutang. Jika manajer tidak dapat memindah laba antarperioda maka laba yang dilaporkan oleh perusahaan akan sama dengan laba ekonomi perusahaan pada setiap perioda. Fleksibilitas untuk menunda laba antarperioda hanya tersedia bagi beberapa perusahaan, dan hanya manajer yang mengetahui apakah mereka mempunyai fleksibilitas tersebut atau tidak.

7.          Pola Manajemen Laba
Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dalam Rahmawati dkk, (2006) dapat dilakukan dengan cara:
a.       Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Teknik ini mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari pada periode berjalan. Konsekuensinya manajemen “menghapus” beberapa aktiva, membebankan perkiraan-perkiraan mendatang. Akibatnya laba pada periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
b.      Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat, memilih metode succesfull-effort untuk biaya eksplorasi gas dan minyak bumi dan sebagainya.
c.       Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
d.      Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil
Foster (1986) dalam Firdaus (2007) mengklasifikasikan unsur-unsur laporan keuangan yang sering dijadikan sasaran perekayasaan atau manipulasi oleh manajemen yaitu :
         Unsur Penjualan
1.         Saat penjualan faktur. Misalnya, penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang, fakturnya dibuat pada periode ini akan dilaporkan sebagai penjualan periode ini.
2.         Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif
3.         Penurunan produk, misalnya dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah
         Unsur Biaya
1.      Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk suatu pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dan tanggal yang berbeda dan kemudian melaporkannya ke dalam beberapa periode akuntansi yang berbeda
2.      Mencatat prepayment (biaya dibayar di muka) sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya iklan dibayar di muka untuk tahun depan sebagai biaya iklan tahun ini.          
Moses (1987) dalam Firdaus (2007) dalam penelitiannya mengklasifikasikan berbagai perubahan kebijakan akuntansi yang sering dijadikan alat perekayasaan laba antara lain :
1.      Perubahan metode pencatatan persediaan ke metode LIFO
2.      Perubahan metode pencatatan biaya jaminan hari tua
3.      Perubahan metode depresiasi aktiva tetap, amortisasi aktiva tidak berwujud dan konsolidasi
4.      Perubahan dalam penaksiran atau estimasi masa manfaat aktiva tetap maupun aktiva tidak berwujud
5.      Perubahan kebijakan terhadap pembebanan atau pengkapitalisasian


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar